Isu sustainability menjadi perhatian penting di dunia, termasuk di industri furnitur. Konsumen semakin sadar akan pentingnya menjaga lingkungan dan lebih banyak mencari produk furnitur yang sustainable
Isu sustainability menjadi perhatian penting di dunia, termasuk di
industri furnitur. Konsumen semakin sadar akan pentingnya menjaga lingkungan
dan lebih banyak mencari produk furnitur yang sustainable. Laporan Transparency Market Research menyebut pasar
furnitur ramah lingkungan pada 2023 mencapai US$44,2 miliar. Laporan lain
menyebutkan permintaan akan furnitur ramah lingkungan bisa mencapai sekitar
US$51 miliar dan akan terus bertumbuh lagi ke depannya.
Isu ini mendorong Himpunan Industri
Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) dan Dyandra Promosindo selaku
penyelenggara pameran furnitur unggulan di Indonesia, Indonesia International
Furniture Expo (IFEX) 2024, hadir dengan tema REAL yang salah satunya mengusung
konsep sustainability atau ramah
lingkungan.
"Kami sadar konsumen dunia
semakin banyak yang mencari dan memilih produk-produk yang mengusung konsep sustainability. Untuk itu kami terus
mengingatkan anggota HIMKI untuk menghasilkan produk-produk yang sesuai dengan
tren dan demand buyers internasional,
termasuk demand untuk produk-produk
ramah lingkungan. Di sisi lain, produk tersebut tetap menonjolkan keunikan
desain dan keunggulan craftsmanship
yang memang menjadi nilai utama produk furnitur kita," ujar Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan
Kerajinan Indonesia (HIMKI), Abdul Sobur.
Besarnya potensi pasar furnitur ramah
lingkungan harus dimanfaatkan oleh pelaku industri lokal. Selain terus
meningkatkan kemampuan dari sisi desain, Sobur kembali mengingatkan pentingnya
penggunaan teknologi. Sebagai upaya untuk meningkatkan pemanfaatan teknologi,
HIMKI menjalin kerja sama dengan China
National Forestry Machinery Association (CNFMA) untuk berbagi pengetahuan
terkait pemanfaatan teknologi dalam meningkatkan produksi.
Chairman CNFMA, WeI Jian, mengakui
bahwa pemanfaatan teknologi membawa pengaruh signifikan pada pengembangan
industri furnitur. Ia mengatakan di Tiongkok ada 1.000 perusahaan yang mampu
memproduksi 1.100 produk berkat pemanfaatan teknologi. Tiga hal yang menjadi
mendukung pertumbuhan industri furnitur Tiongkok, menurutnya, adalah produk
ramah lingkungan, serta pemanfaatan teknologi digital, dan teknologi pintar.
Terkait bahan baku, Abdul Sobur
mengatakan pengelolaan hutan yang baik ikut menjadi penentu masa depan industri
furnitur. Menurutnya, tanpa pengelolaan
hutan lestari industri furnitur tidak akan mampu bertahan. Sejatinya, Indonesia
tidak kekurangan bahan baku ramah lingkungan, misalnya rotan. Indonesia adalah
penghasil rotan terbesar dan terbaik di dunia.
Tidak sedikit peserta IFEX 2024 yang
menjadikan rotan sebagai bahan baku utama atau bahan campuran produk mereka,
seperti Estetika Indonesia dan Furnibest. Dina dari Estetika Indonesia
mengatakan furnitur berbahan baku rotan menjadi produk mereka yang paling laris
dan banyak dicari konsumen. Erlangga dari Furnibest yang juga menggunakan rotan
pada produknya mengatakan bahkan sejak hari pertama IFEX, produknya telah
menarik minat buyer dari Turki.
Keduanya mengakui bahwa IFEX
memberikan keuntungan besar bagi perkembangan bisnis mereka. IFEX memfasilitasi
peserta untuk berinteraksi langsung dengan buyers
internasional. Erlangga menyatakan pihaknya berencana memperluas ruang pameran
pada gelaran IFEX berikut.
“Kami sangat senang melihat
antusiasme para pengunjung dan peserta pameran IFEX 2024. Seperti telah kami
sampaikan bahwa Dyandra Promosindo bersama HIMKI akan konsisten mendukung
pertumbuhan dan perkembangan industri furnitur. Testimoni peserta seperti disebutkan
di atas menjadi bukti bahwa perluasan area pameran tidak bisa dihindarkan,”
ujar Presiden Direktur Dyandra Promosindo, Daswar Marpaung.
Ia menyatakan pihaknya akan terus
memberikan yang terbaik dari segala aspek pameran untuk memastikan peserta, pengunjung,
dan pihak terkait mendapatkan pengalaman terbaik dari penyelenggaraan IFEX di
tahun-tahun mendatang.