Jakarta, 27 Juli 2020 – Pada awalnya pandemi yang disebabkan oleh Covid-19 menyebabkan banyak keterbatasan untuk beraktivitas namun hal ini juga turut memicu banyak pihak untuk terus berinovasi dalam mencari solusi. Akhir pekan kemarin, Dyandra Promosindo dan We The Youth bekerja sama untuk menghadirkan ruang berbagi inspirasi secara virtual melalui konferensi online No Sleep For Weekend 2020 dengan tema “Living The World Anew”. Acara yang berlangsung tanggal 25-26 Juli 2020 ini, menghadirkan 20 narasumber dari kalangan praktisi, akademisi, dan pemerintah melalui platform Zoom webinar. Selain itu didukung oleh LAZone.id, Aino Indonesia & PT Visual Unilumin Mandiri.
Jakarta, 27
Juli 2020 – Pada awalnya pandemi yang disebabkan oleh Covid-19 menyebabkan
banyak keterbatasan untuk beraktivitas namun hal ini juga turut memicu banyak
pihak untuk terus berinovasi dalam mencari solusi. Akhir pekan kemarin, Dyandra Promosindo dan We The Youth bekerja sama untuk menghadirkan ruang
berbagi inspirasi secara
virtual melalui konferensi online No Sleep For Weekend 2020 dengan tema “Living The World Anew”. Acara yang berlangsung tanggal 25-26 Juli 2020 ini, menghadirkan 20 narasumber
dari kalangan praktisi, akademisi, dan pemerintah melalui
platform Zoom webinar. Selain itu didukung oleh LAZone.id, Aino Indonesia & PT Visual Unilumin
Mandiri.
Tidak dapat dipungkiri, pandemi ini terbukti mempunyai dampak yang
signifikan terhadap semua elemen di masyarakat termasuk para generasi muda.
Generasi muda mengalami revolusi besar tentang bagaimana merangkul masa depan
mereka. Pandemi ini memberi dampak hampir disetiap aspek kehidupan generasi
muda, dimana seolah-olah mereka hidup di era baru yang belum pernah mereka
lakukan sebelumnya. Maka penting untuk mendidik dan membimbing generasi ini
demi mencapai kesuksesan Indonesia sebagai bangsa yang hebat. Untuk itulah
diadakan konferensi online sebagai ruang berbagi ilmu secara virtual baik dari
sudut pandang pemerintah, akademisi maupun praktisi yang membahas berbagai
topik antara lain tentang kebijakan, keuangan, mencari pekerjaan, relawan
hingga kesenian.
”Kami ingin menghadirkan sebuah ruang diskusi, yang di dalamnya
mengupas berbagai macam prespektif para ahli dibidangnya mengenai strategi
untuk bertahan dan berkembang di masa
pandemi ini. Mulai dari membahas tentang bisnis waralaba, kesehatan mental,
pengembangan diri, budaya kesehatan yang baru, dan proyeksi sektor pariwisata
dalam 1-2 tahun kedepan.” ucap Ratu Dyah Ayu Widyaswari, Executive Director of We The Youth.
Pada hari pertama (25/7) terdapat tiga sesi dengan narasumber yang berbeda-beda. Sesi pertama dibuka oleh Berlian Richie selaku CEO Foodpedia, Anastasia Praditha selaku Public Figure dan Aenea Marela selaku Psikolog dari Yayasan Pulih yang membahas mengenai ’Thrive Through Pandemic with Self Thought’, dilanjutkan dengan sesi kedua membahas mengernai protokol kesehatan di new normal yang bertemakan ‘Reimagine Health Culture’ dengan pembicara dr. Achmad Yurianto selaku Direktur Jenderal Penanganan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Anne Purba selaku VP Komunikasi PT. KCI dan Eunike Selomith selaku CMO & Founder dr soap. Ditutup dengan sesi ketiga yang mengundang Hendra Noor Saleh selaku Presiden Direktur Dyandra Promosindo, Anton Thedy selaku CEO TX Travel, Arif Rahman selaku Travel Planner dari Whatravel dan Ari Juliano Gema selaku Staff Ahli Bidang Reformasi Birokrasi & Regulasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia yang membahas mengenai ‘Leisure 2.0’.
Pada sesi pertama terdapat
kesimpulan bahwa dimasa pendemi ini kita harus memiliki mindset yang positif.
Hal ini perlu dijaga karena tidak hanya akan menjaga kesehatan mental namun
justru memiliki mindset yang poitif dapat membuat kita bisa mencapai tujuan dan
berhasil melalui pandemi dengan baik. Aene Marela selaku psikolog Yayasan Pulih
yang menjelaskan bahwa dimasa pandemi ini filter diri kepada akses berita atau ruang diskusi
yang membuat kita cemas akan membuat kita menderita psikosomatis atau kondisi
dimana perasaan terpapar gejala covid-19 seperti batuk dan sesak yang kita
rasakan secara psikis ternyata tidak terjadi secara medis. Mindset positif ini
dapat dibangun dengan berbagai kegitaan rutin yang produktif seperti yang
dijelaskan Anastasia Praditha selaku Putri Intelegensia 2019 yang memberikan
contoh untuk produktif dengan cara mencoba
hobi baru baik itu dalam segi sport atau kuliner. Ditha juga mengatakan bahwa
kita juga perlu terus bersosialisasi meskipun hanya bisa dengan platform
digital yang ada, hal ini bertujuan untuk kita tetap memiliki kehidupan social
yang seimbang.
Dalam diskusi di konferensi online hari pertama, Berlian Richie
selaku CEO Foodpedia juga menjawab pertanyaan bagaimana tips untuk mengelola
bisnis yang saat ini sedang menghadapi beberapa tantangan di masa pandemi dengan mindset yang tepat. “Mempunyai mindset bisnis yang tepat merupakan
sebuah modal penting dalam mengembangkan bisnis di bidang apapun. Dengan adanya
mindset tersebut, maka pelaku usaha akan memiliki tujuan lebih besar dan
kekuatan untuk bertahan dari berbagai rintangan bisnis yang pasti akan datang.”, ujar Berlian.
Di sesi kedua para pakar berbicara mengenai budaya kesehatan
dimasa pandemi. Anne Purba selaku Vice President Communication PT Kereta
Commuter Indonesia (KCI) yang
menjelaskan kebiasaan baru di PT KCI yang selalu
mengedukasi masyarakat mengenai change
culture dalam menggunakan KRL. Budaya antre dengan menjaga jarak, cek suhu
tubuh dan mereka harus melakukan aktivitas cuci tangan di stasiun baik sebelum
dan sesudah naik KRL adalah pembiasaan budaya baru dalam menggunakan KRL. Hal ini ternyata berdampak pada mengularnya jalur antrian calon
penumpang menuju stasiun. Untuk itu, PT KCI telah menyiapkan sebuah
terobosan dengan menghadirkan fitur antrean virtual yang nanti bisa di akses melalui aplikasi KRL Access. “Pandemi ini membuat
kami terus berinovasi, saat ini kami sedang menggarap teknologi antrean
virtual, dimana penumpang dianjurkan untuk mengantre di rumah aja, setelah
tahap uji coba selesai kita segera lakukan sosialisai. Harapannya dengan
antrean virtual kita tau waktu untuk bisa produktif keluar. Sekaligus
menghimbau penggunaan KRL untuk orang-orang yang memang bekerja dan
membutuhkan.” jelas Anne.
Hal serupa juga disampaikan oleh Eunike Selomith selaku Chief Marketing Officer dr Soap yang sudah mengedukasi tentang
pentingnya hygine dan prevention sejak tahun 2015. Kebiasaan
baru ini juga sangat penting diaplikasikan oleh generasi muda yang didominasi
oleh generasi yang memiliki banyak aktivitas dan bertemu banyak orang.
Sementara itu, Direktur
Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, dr. Achmad Yurianto menyatakan bahwa
generasi muda bisa berperan sebagai agent
of change pada masa pandemi ini, “Saat ini banyak masyarakat yang
menggunakan masker karenda takut di denda. Hal ini yang harus dirubah oleh agent of change yaitu anak muda. Sehat
adalah kewajiban dan sakit adalah pilihan. Anak muda harus tetap bisa lebih
produktif lagi pada era yang baru ini”, ujar dr. Yurianto.
Konferensi online No Sleep For Weekend
ditutup dengan topik “Leisure 2.0”. Staf
Ahli Bidang Reformasi Birokrasi dan Regulasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif RI, Ari Juliano Gema dalam pemaparannya menggarisbawahi bahwa peran
sektor pariwisata sebagai salah satu kontributor pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Karenanya pemerintah saat itu terus melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan
sektor pariwisata lokal sebagai langkah awal pemulihan sektor pariwisata yang
terdampak pandemi Covid-19.
Berbagi Tips dan Strategi untuk Bertahan di Tengah Pandemi
Hari kedua (26/7) konferensi online No Sleep For Weekend dibuka dengan topik “We The Hope” oleh sesi
Ari Anindya Hartika selaku Asisten Deputi Industri dan Jasa Kementerian
Koperasi dan Unit Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Rico Lubis selaku
Entrepreneur dan Founder Urbain Inc., dan Aldi Adrian selaku VP Investasi dari
MDI Ventures. Kemudian di
sesi kedua menghadirkan narasumber Venny Asyita selaku Associate Director Co.Think Research, Haryotomo
Wirsyasono selaku Team Leader Glints, dan Tinton Ardian selaku COO Rumah Siap
Kerja yang membahas mengenai “Job Hunting
Through Pandemic”. Dan diakhiri sesi ketiga
dengan topik ”Collaborate With Your
Network” dengan narasumber Kevin Osmond selaku Relawan Gerakan Masker Untuk
Indonesia, Hari Prast selaku Ilustrator, Yeri Afriyani selaku perwakilan dari
Calla The Label dan Syafri Yuzal dari Aino Indonesia.
Dalam penjelasannya, Ari Anindya menjawab pertanyaan upaya
pemerintah dalam meminimalisir efek ekonomi akibat pandemi Covid-19 terutama di
bidang KUKM yaitu melalui program pemulihan ekonomi nasional. “Program ini
berisi serangkaian kebijakan yang dimaksudkan untuk mendorong pemulihan ekonomi
nasional guna menjaga stabilitas sosial, ekonomi dan sektor keuangan dapat terjaga
dengan baik. Di bidang UMKM dilakukan beberapa program seperti insentif pajak,
relaksasi dan restrukturisasi kredit dan perluasan pembiayaan modal kerja.”
jelas Asisten Deputi Industri dan Jasa Kementerian Koperasi dan UKM RI ini.
Di sisi lain, penurunan pertumbuhan ekonomi di Indonesia ini
berdampak pada jutaan orang yang kehilangan
pekerjaannya akibat pandemi ini. Haryotomo Wiryasono, selaku Team Leader Glints
menyatakan bahwa hal yang harus dipersiapkan untuk generasi muda yang saat ini
sedang mencari pekerjaan adalah mengetahui kecocokan terhadap culture, visi dan misi dari perusahaan
itu sendiri. “Bekerja bukan hanya sekedar tentang
mengerti teknis, tapi ada culture
company, visi dan misi perusahaan atau secara spesifik apakah perusahaan
tersebut memiliki solve problem di
masyarakat. Hal itu perlu kita ketahui apakah memang sejalan dengan kemauan
dari diri kita. Hal ini kadang dilupakan, dan perlu dipersiapkan generasi muda
dalam mencari pekerjaan.” ujar Haryotomo.
Sementara Tinton Ardian, COO Rumah Siap Kerja menjelaskan bahwa
pada masa pandemi ini masih banyak beberapa sektor industri yang membutuhkan
sumber daya manusia, khususnya sektor industri yang merasakan dampak positif
dari pandemi ini. “Beberapa sektor masih membutuhkan banyak
pekerja, tapi banyak yang membutuhkan skill khusus. Untuk itu para pencari
kerja harus bisa upgrade skill, harus
bisa baca situasi sektor yang tepat dimana mereka bisa berkembang.” ucap
Tinton. Hari kedua ditutup oleh sesi ketiga dengan topik ”Collaborate With Your Network”, Yeri Afriyani dari Calla The Label memberikan tips dalam berbisnis
khususnya dalam berkolaborasi. “Kolaborasi merupakan salah satu strategi marketing communication untuk
meningkatkan brand awareness, dengan
berkolaborasi dengan stakeholders lain,
terutama yang memiliki kredibilitas dan history
yang baik. Karena dengan kolaborasi ada double
insight yang kita dapatkan baik dari kita sendiri dan tentu dari partner
kita dalam berkolaborasi dan hal ini akan menghasilkan sesuatu yang impactful.” ucap Yeri.
Salah satu langkah pemerintah dalam
menaikan angka pertumbuhan ekonomi di masa pandemi ini adalah dengan
peningkatan pemanfaatan teknologi digital. Generasi muda sebagai sosok yang dinamis,
penuh energi, optimis dan sudah terbiasa dengan aktivitas yang menggunakan
teknologi digital diharapkan untuk dapat peranan di masa pandemi ini. Untuk
itu, konferensi online No Sleep For Weekend hadir
sebagai ruang untuk saling diskusi dan berbagi ilmu dan diharapkan
dapat menuntun generasi emas Indonesia baik dalam jangka pendek dan jangka
panjang sebagai upaya optimalisasi masa puncak demografis Indonesia yang akan
datang. “Dari sisi peserta, tercatat ada lebih dari 100 peserta setiap harinya. Kami berharap 20 narasumber yang mewakili
individu atau lembaga yang turut serta hadir dalam konferensi online ini mampu
memberikan inspirasi kepada seluruh peserta untuk tetap semangat dan bertahan
di era pandemi ini serta tentu saja diharapkan dapat membuat kontribusi untuk
bangsa Indonesia kedepannya.” ucap Abynprima
Rizki, Head of Convention Dyandra Promosindo.
***