Penyelenggaraan konferensi dan pameran Virtual The 10th Indonesia EBTKE Conference and Exhibition 2021 (Indonesia EBTKE ConEx 2021) telah memasuki hari terakhir penyelenggaraan. Konferensi yang diikuti oleh perusahaan-perusahaan dan asosiasi energi terbarukan di dalam maupun luar negeri ini, menjadi ajang bertukar pikiran dari berbagai pihak kepentingan dan pelaku industri dalam bidang energi baru terbarukan dan konservasi energi. Diskusi ini bertujuan untuk saling bersama-sama mencari solusi dan inovasi untuk mengembangkan energi terbarukan dan menuju net zero emission. Indonesia EBTKE ConEx 2021 merupakan kegiatan tahunan dari Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) yang didukung penuh oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi.
Jakarta, 27 November 2021 - Penyelenggaraan konferensi dan pameran Virtual The 10th Indonesia EBTKE Conference and Exhibition 2021 (Indonesia EBTKE ConEx 2021) telah memasuki hari terakhir penyelenggaraan. Konferensi yang diikuti oleh perusahaan-perusahaan dan asosiasi energi terbarukan di dalam maupun luar negeri ini, menjadi ajang bertukar pikiran dari berbagai pihak kepentingan dan pelaku industri dalam bidang energi baru terbarukan dan konservasi energi. Diskusi ini bertujuan untuk saling bersama-sama mencari solusi dan inovasi untuk mengembangkan energi terbarukan dan menuju net zero emission. Indonesia EBTKE ConEx 2021 merupakan kegiatan tahunan dari Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) yang didukung penuh oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi.
Indonesia EBTKE
ConEx 2021 dibuka pada hari Senin (22/11) lalu oleh Presiden Republik Indonesia,
Joko Widodo, secara hybrid di Istana
Negara dan virtual. Pada sambutannya, beliau menekankan agar transisi energi
sebagai komitmen nasional dan pelaksanaannya agar dicari solusi yang tidak
terlalu membebani negara dan rakyat pada saat ini, mengingat kondisi
perekonomian yang belum memungkinkan. Untuk itu perlu dicari solusi pembiayaan
yang tepat untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) tahun 2060 atau
lebih awal dapat dipenuhi. Apalagi pada saat pelaksanaan COP 26 di Glasgow,
Presiden Joko Widodo telah menyampaikan komitmen Indonesia untuk mencapai
target net-zero emission pada tahun 2060 atau lebih awal dengan prinsip “leading
by example”. Dalam kesempatan tersebut Indonesia turut menandatangani Global
Coal to Clean Power Transition Statement.
Dalam penutupan Indonesia
EBTKE ConEx 2021 (26/11), Paul Butarbutar selaku Direktur Eksekutif METI. menyampaikan
pemaparannya mengenai rekomendasi untuk pemerintah dalam transisi energi
bersih, di antaranya adalah:
1. 1. Perlu adanya solusi pembiayaan
yang tepat target Net Zero Emission (NZE) tahun 2060 atau lebih awal
dapat dipenuhi sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo;
2. 2. Transisi energi dalam upaya
untuk mencapai target NZE hendaknya dilakukan secara hati-hati sehingga tidak
sampai menimbulkan terjadinya krisis energi. Oleh karena itu, rencana
penghentian operasi PLTU batubara, baik karena masa kontrak dan umur pakai
sudah habis, maupun karena penghentian operasi lebih awal, harus diimbangi
dengan pengembangan energi terbarukan untuk menggantikan energi yang dihasilkan
oleh PLTU batubara yang dihentikan tersebut;
3. 3. Sebagai bentuk komitmen
terhadap pencapaian net-zero emission
pada tahun 2060 atau lebih awal, pemerintah telah mengawali dengan penerbitan
beberapa kebijakan, seperti PP No.98 Tahun 2021 Tentang Nilai Ekonomi Karbon,
UU No. 7/2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan, dan Peraturan Menteri
ESDM No. 26 Tahun 2021 tentang PLTS Atap, Keputusan Menteri ESDM tentang RUPTL
2021 – 2030 yang untuk pertama kali menetapkan kapasitas terpasang energi
terbarukan lebih besar dari energi fosil. Hal yang
paling penting dari peraturan perundang-undangan yang sudah diterbitkan adalah
agar Pemerintah dapat mengimplementasikannya dengan baik dan secara konsisten;
4. 4. Untuk memberikan dukungan pada
kepastian legalitas, kepastian berusaha dan pemenuhan aspek bisnis, maka
penyelesaian kebijakan dan regulasi yang mendukung transisi energi agar dapat
segera diselesaikan seperti UU tentang Energi Terbarukan yang lebih fokus,
Peraturan Presiden terkait harga energi terbarukan, penyediaan tentang insentif
fiskal khusus untuk energi terbarukan dan efisiensi energi, dan lain-lain;
5. 5. Teknologi energi terbarukan
semakin murah, terutama untuk PLTS dan PLTB. Di sisi lain, dengan kenaikan
harga bahan bakar fosil dunia, maka harga energi yang bersumber dari energi
terbarukan akan dapat bersaing apabila diimplementasikan dengan kebijakan yang
tepat;
6. 6. Pemerintah perlu segera
mendorong elektrifikasi di segala aspek sebagai bagian dari upaya mendorong
transisi energi menuju NZE. Elektrifikasi ini akan dapat mendorong peningkatan
konsumsi energi, yang dalam jangka pendek dapat mengurangi kerugian PLN sebagai
akibat dari over capacity yang terjadi
saat ini. Namun demikian, upaya elektrifikasi harus diikuti dengan peningkatan
pemanfaatan energi terbarukan agar target NZE dapat tercapai;
7. 7. Saat ini pendanaan untuk energi
bersih (energi terbarukan dan efisiensi energi) tersedia di tingkat global
secara melimpah, terutama setelah hampir semua negara dan lembaga pembiayaan
internasional menghentikan pendanaan untuk PLTU batubara. Namun untuk
memobilisasi pendanaan tersebut dibutuhkan berbagai kondisi, di antaranya
kebijakan yang pro terhadap energi bersih, proses perencanaan dan pengadaan
yang transparan, pemenuhan terhadap berbagai aspek lingkungan dan sosial, dan
mitra lokal yang dapat diandalkan. Di sisi lain, lembaga pendanaan/perbankan
nasional perlu didorong untuk menyediakan pendanaan yang memadai untuk
pengembangan energi terbarukan dan efisiensi energi;
8. 8. Pengembangan energi terbarukan
tidak hanya sekedar tersedianya teknologi dan pendanaan, tetapi juga dibutuhkan
ketersediaan SDM yang handal, mulai dari perencanaan, saat konstruksi dan pengoperasian
serta pemeliharaan. Oleh karena itu, dibutuhkan dukungan pemerintah yang kuat
untuk pengembangan keahlian SDM energi bersih;
9. 9. Indonesia perlu mendorong riset dan pengembangan teknologi dalam negeri untuk mengantisipasi pengembangan energi terbarukan secara massif di masa depan. Dengan teknologi yang dapat diproduksi di dalam negeri maka Indonesia tidak lagi tergantung dari teknologi impor, yang mana hal ini akan dapat menyediakan lapangan kerja baru dan juga dapat menghemat devisa negara;
10. Kolaborasi merupakan salah satu kata kunci yang penting dalam upaya untuk mendorong transisi energi menuju NZE Indonesia, baik itu kerjasama antar pemerintah sebagaimana yang sudah dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia saat ini meskipun masih perlu dimaksimalkan, maupun antara pelaku usaha. Kolaborasi ini akan mampu menurunkan beban pemerintah dalam penyediaan pendanaan untuk transisi energi;
11 11. Pemerintah Daerah merupakan bagian terpenting dalam upaya pengembangan energi terbarukan, baik dalam kapasitasnya dalam perijinan, maupun sebagai pihak yang dapat berkontribusi secara langsung untuk pembangunan fasilitas energi terbarukan. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah perlu menetapkan strategi untuk mendukung pencapaian target NZE sesuai dengan kondisi daerah masing-masing;
12. Keterlibatan masyarakat sangat dibutuhkan baik dalam hal memberikan masukan terhadap solusi kebijakan dan teknis yang perlu diambil pemerintah dalam rangka transisi energi menuju pencapaian target NZE. Di sisi lain, masyarakat juga dapat berkontribusi secara langsung untuk pemanfaatan energi terbarukan dan efisiensi energi. Oleh karena itu, Pemerintah perlu membangun komunikasi yang berkesinambungan dengan masyarakat sebagai bagian dari strategi pencapaian target NZE.
Pada kesempatan
kali ini juga diumumkan pemenang essay
competition yang merupakan kolaborasi dari METI dan Society of Renewable Energy (SRE). Kompetisi ini diikuti oleh 54
peserta dan terdapat 3 orang pemenang, yaitu Yohanes Maruli Arga Septianus dari
ITS sebagai juara 3, Azaria Haykal Ahmad dari ITB sebagai juara 2, dan Dawam
Faizul Amal dari UGM sebagai juara 1.
Acara ini
ditutup dengan Deklarasi Gerakan Indonesia Net-Zero Emisi Karbon Tahun 2050
(GINZERO2050) yang berisikan dukungan dan komitmen dari 10 organisasi profesi
terhadap net zero emission pada tahun
2050, meskipun Pemerintah menetapkan pada tahun 2060 namun diharapkan dapat
tercapai lebih cepat. Adapun kesepuluh asosiasi tersebut adalah Asosiasi Energi
Surya Indonesia, Green Building Council Indonesia,
Ikatan Ahli Bangunan Hijau Indonesia, Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia, Ikatan
Ahli Rancang Kota Indonesia, Ikatan Arsitek Indonesia, Ikatan Arsitek Lanskap Indonesia,
Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia, Masyarakat Konservasi dan Efisiensi
Energi Indonesia, dan Profesi Life Cycle Assessment dan Sustainability Indonesia.
Hadirkan lebih dari 5.000 Partisipan Selama 5 Hari
Penyelenggaraan
Selama lima hari penyelenggaraan, Indonesia EBTKE ConEx 2021 telah menghadirkan 6 plenary sessions, 3 summit, dan 10 parallel sessions dengan mengundang 31 keynote speech, 30 moderator dan 156 narasumber. Acara ini juga diikuti oleh lebih dari 5.000 partisipan dengan dihadiri dari 48 negara secara virtual. Selain dari sesi-sesi utama dan paralel, Indonesia EBTKE ConEx juga mengadakan FIRE (Friends of Indonesia Renewable Energy) Dialogue dengan mengundang pembicara-pembicara internasional untuk membahas kemitraan dalam mendukung perkembangan energi terbarukan. Serta ada juga sesi-sesi program MENTARI (Menuju Transisi Energi Rendah Karbon Indonesia) yang menghadirkan diskusi dan pelatihan antara lain mengenai cara monetisasi mini-grid di Indonesia, peluang dan tantangan panel tenaga surya, percepatan penerapan energi terbarukan, pengenalan blue energy for blue economy: marine renewable energy. Tidak ketinggalan virtual career fair dari ISED yang menarik lebih dari 200 potensial SDM muda untuk berpartisipasi dalam energi terbarukan.
Para
lembaga-lembaga internasional juga berpartisipasi dalam forum diskusi ini,
contohnya pada sesi ‘Building Synergy for
Renewable Energy Skills Development in Indonesia: Opportunities through
International Cooperation’ (24/11) yang menghadirkan para pembicara dari proyek RESD yang
didukung Pemerintah Konfederasi Swiss,
Martin Stottele; MENTARI, Gena Lysistrata; dan NZMates, Kitty Garden. Pemerintah
Konfederasi Swiss juga menghadirkan sesi ‘The
Role of the Government and the Private Sector in Developing Human Resources to
Support Indonesia’s Energy Transition’ (23/11) dan mendukung penyusunan maskot energi terbarukan,
Rinyu, yang diluncurkan oleh Direktur Jenderal EBTKE, Dadan Kusdiana dan Kepala
BPSDM ESDM, Prahoro Yulijanto Nurtjahyo (22/11). Proyek RESD melibatkan BPSDM
ESDM sebagai mitra utama dan kementerian/lembaga strategis lainnya seperti
Kemendikbud Ristek serta Kementerian Ketenagakerjaan.
Di hari terakhir pelaksanaan Indonesia
EBTKE ConEx 2021 diadakan virtual trip ke
kilang Pertamina di Cilacap, PLTP Dieng, PLTS Atap di Danone, Malea hydro power plant, hingga ke fasilitas
pengolahan energi di Swedia. Virtual
Platform Indonesia EBTKE ConEx
masih dapat diakses hingga 4 Desember 2021. Pengunjung dapat mengakses
dengan melakukan registrasi di https://virtualIndonesiaebtkeconex.com/
tanpa dipungut biaya. Informasi lebih lengkap mengenai detail dan program acara
Virtual The 10th Indonesia EBTKE ConEx 2021 dapat dilihat pada akun
Instagram @ebtkeconexid. Acara
Indonesia EBTKE ConEx 2021 juga didukung oleh main sponsor: MENTARI – A UK-Indonesia Low Carbon Energy Partnership, platinum
sponsor: Proyek ISED, Pemerintah Konfederasi Swiss, gold sponsor: BPDPKS-Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit,
dan silver sponsor: Swedish Energy Agency and Business Sweden,
Bukit Asam, dan sponsor: Star Energy Geothermal.
“Saya
atas nama METI mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat,
pemerintah, kedutaan-kedutaan besar yang terlibat: Kedutaan Besar Inggris,
Kedutaan Besar Swedia, Kedutaan Besar Jerman, dan Kedutaan Besar Swiss, serta
IEA, IRENA, dan lain sebagainya. Semoga acara ini dapat dijadikan sebagai
bentuk kerjasama dalam mendukung net-zero emission di Indonesia. Sampai
bertemu kembali pada Indonesia EBTKE ConEx tahun 2022 tahun depan” tutup Surya
Darma, Ketua Umum METI.