Pemerintah Indonesia masih berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon melalui ratifikasi Paris Agreement. Dengan sumber daya yang dimiliki, Indonesia memiliki semua potensi energi terbarukan, seperti surya, air, angin, panas bumi dan bioenergi. Indonesia dengan segala kekayaan alamnya bahkan memiliki potensi energi terbarukan yang cukup besar, hingga 417,8 GW.

Jakarta, 9 April 2021 – Pemerintah Indonesia masih berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon melalui ratifikasi Paris Agreement. Dengan sumber daya yang dimiliki, Indonesia memiliki semua potensi energi terbarukan, seperti surya, air, angin, panas bumi dan bioenergi. Indonesia dengan segala kekayaan alamnya bahkan memiliki potensi energi terbarukan yang cukup besar, hingga 417,8 GW.


 Namun sayangnya potensi ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Pemanfaatan bauran energi terbarukan baru mencapai 10 persen pada tahun 2020 dan masih memerlukan tantangan besar untuk mencapai target KEN 23% pada tahun 2025. Untuk itu, diperlukan akselerasi dalam pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia dalam upaya mengantisipasi krisis ekonomi dan krisis energi yang akan datang. Apalagi negara-negara di dunia juga sedang berlomba-lomba dalam mengembangkan energi terbarukan. Pemanfaatan energi terbarukan ini telah mendorong percepatan investasi untuk pemulihan ekonomi yang mengedepankan pembangunan berkelanjutan di sektor energi. Transisi ke energi bersih bukan lagi menjadi suatu pilihan tapi kewajiban untuk melepas ketergantungan dengan energi fosil, mengingat semakin menipisnya cadangan minyak dunia dan sumber energi fosil lainnya.



Masih kurangnya pemanfaatan dan sosialisasi mengenai penggunaan energi terbarukan membuat target KEN butuh partisipasi dari berbagai pihak. Untuk itu, Indonesia EBTKE ConEx kembali hadir dan akan diselenggarakan untuk yang ke-10 kalinya yang diselenggarakan oleh Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI). Dalam situasi yang masih dilanda pandemi, The 10th Indonesia EBTKE ConEx 2021 akan dilaksanakan kembali secara virtual pada tanggal 22-27 November 2021. Tahun ini, tema yang diusung adalah ‘Energy Transition Scenario Toward Net Zero Emission’ untuk menghadapi transisi energi pada tahun 2050.


Sebelumnya pada tahun lalu, penyelenggaraan The 9th Virtual Indonesia EBTK ConEx 2020 telah sukses dihadiri oleh lebih dari 11.000 pengunjung selama satu pekan yang terdiri dari: 7.000 visitors, 4.608 conference delegates, dan 50 exhibitors. Indonesia EBTKE ConEx 2020 juga menghadirkan sesi sebanyak 17 sesi (5 Plenary Sessions, 11 Summit Sessions dan 1 Roundtable Discussion) ditambah dengan 3 Virtual Training yang diikuti sekitar 400 peserta. Para pembicara terdiri dari 60 pembicara lokal dan 29 pembicara internasional. Tahun lalu juga telah diselenggarakan Virtual Field Trip ke PT Kilang Pertamina Indonesia di Dumai dan Pulau Orkney di Skotlandia Utara.


Dukungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia

Bertempat di Jakarta, pada hari ini (9/4) telah dilangsungkan launching The Virtual 10th Indonesia EBTKE ConEx 2021 oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, Arifin Tasrif, yang juga dihadiri oleh para pejabat Kementerian ESDM dan kalangan pemangku kepentingan bidang energi khususnya energi terbarukan. Penyelenggaraan Indonesia EBTKE ConEx mendapat dukungan penuh dari Kementerian ESDM RI melalui Direktorat Jenderal Energi Baru dan Terbarukan.

 

Dalam sambutannya, Menteri ESDM menjelaskan bahwa Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca melalui ratifikasi Paris Agreement. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29% pada tahun 2030 dengan kemampuan sendiri dan 41% dengan bantuan internasional. Di tahun 2020 realisasi Nationally Determined Contribution sektor energi mencapai 64,4 juta ton CO² menunjukkan penurunan yang signifikan melalui pelaksanaan pengembangan EBT, efisiensi energi, pemanfaatan bahan bakar rendah karbon, penerapan teknologi energi bersih di pembangkit listrik dan reklamasi lahan bekas tambang.


Pemerintah Indonesia saat ini juga sedang menyusun Grand Strategy Energy National (GSEN) dengan visi mewujudkan ketahanan dan kemandirian energi nasional. Dalam rancangan GSEN diharapkan kontribusi pengurangan emisi CO² untuk energi dapat mencapai 377 juta ton pada 2035 melalui mitigasi, penyediaan listrik melalui pembangkit EBT, penerapan efisiensi energi, penggunaan bahan bakar nabati, implementasi co-firing biomassa untuk mengurangi konsumsi batu bara di PLTU, pemanfaatan kendaraan listrik, transisi menuju bahan bakar rendah karbon, dan teknologi energi bersih.


“Untuk mewujudkan energi bersih, pemerintah tidak dapat bekerja sendiri. Untuk itu kami membutuhkan partisipasi dan dukungan dari swasta, asosiasi, akademisi, serta kerjasama dengan organisasi nasional dan internasional. Kami mengajak semua pemangku kepentingan dan pelaku usaha untuk dapat memanfaatkan forum di Indonesia EBTKE ConEx 2021 ini sebagai media brainstorming guna mendukung implementasi transisi energi menuju net zero emission di Indonesia. Diharapkan ajang ini dapat menjadi langkah awal untuk meningkatkan minat dan partisipasi publik dalam mengembangkan energi terbarukan,” ucap Arifin Tasrif di sambutannya.


Surya Darma selaku Ketua METI juga mendukung komitmen pemerintah untuk memberikan perhatian dan dorongan pada sektor energi terbarukan ini. Untuk itu, melalui Indonesia EBTKE ConEx dapat mengajak para stakeholders yang terlibat untuk mendorong percepatan pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia. “Tahun ini kami kembali mengajak para stakeholders energi terbarukan untuk berkumpul dan memanfaatkan forum Indonesia EBTKE ConEx ini dengan menghadirkan berbagai inovasi di sektor energi dan khususnya energi terbarukan, bertukar informasi, pembelajaran dan juga sekaligus sosisalisasi berbagai kemajuan yang sudah dicapai terutama selama satu tahun terakhir termasuk upaya-upaya konservasi energi sebagai bentuk kontribusi penghematan terhadap sumber daya alam yang kita miliki. Di tengah pandemi yang masih melanda, ajang ini menyediakan platform yang efektif dan efisien untuk para pelaku industri dan professional bertemu dalam membahas energi terbarukan dan konservasi energi. Kami berharap Indonesia EBTKE Conex yang akan diselenggarakan secara virtual kembali akan mendapat tanggapan positif dan partisipasi aktif dari berbagai kalangan dan pemangku kepentingan di Indonesia dan beberapa negara di dunia” ujar Surya Darma.


Penyelenggaraan Virtual Indonesia EBTKE ConEx 2021 akan kembali menghadirkan virtual opening ceremony, virtual conference, virtual training, virtual expo, virtual field trip, virtual business presentation/stage performance, virtual local government forum, virtual business matching, dan virtual closing ceremony. Selain itu, ajang ini juga menghadirkan summit dan/atau local government Forum untuk menggerakkan pengembangan energi terbarukan di Indonesia. Beberapa gambaran topik yang akan dibahas di forum ini antara lain konferensi membahas aspek kebijakan, skenario menghadapi zero emission, dan beberapa lesson learn dari Kawasan Asia Pasific, Eropa, Afrika, Timur Tengah, dan Amerika. Dalam forum ini juga ada pertemuan dan diskusi antara pemain industri, praktisi dengan pemerintah dalam menyikapi transisi dan menyusun skenario menuju zero emisi karbon di tahun 2050. Untuk menyukseskan acara ini, METI telah mengajak dan menunjuk Dyandra Promosindo sebagai co-organizer untuk mendukung terselenggaranya acara ini. 


Bincang-Bincang METI: Energy Transition Scenario Toward Net Zero Emission

Acara Launching Virtual The 10th Indonesia EBTKE ConEx dilanjutkan dengan Bincang-Bincang METI yang memahas tema ‘Energy Transition Scenario Toward Net Zero Emission’. Bincang-Bincang METI menghadirkan pembicara Saleh Abdurrahman, Staf Ahli Menteri Bidang Lingkungan Hidup dan Tata Ruang, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral; Yahya Rachmana Hidayat, Direktur Sumber Daya Energi, Mineral dan Pertambangan, Kementerian PPN/Bappenas yang diwakilkan oleh Hanan Nugroho, Perencana Ahli Utama Bidang Energi Kementerian PPN/Bappenas; Moekti H. Soejachmoen, Co-Founder/Direktur Eksekutif Indonesia Research Institute for Decarbonization (IRID) dan Ketua Bidang Perubahan Iklim dan Pasar Karbon, Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia; dan Surya Darma, Ketua METI. Acara ini dimoderatori oleh Paul Butarbutar selaku Direktur Eksekutif METI.


Pada diskusi panel ini, para pembicara menyapaikan paparannya untuk memberikan gambaran tentang skenario transisi energi yang akan mengarah pada pencapaian net-zero emission dengan mengutamakan pemanfaatan energi terbarukan. Diskusi panel ini memberikan gambaran tentang net-zero emission, visi jangka panjang pemerintah untuk transisi energi, langkah-langkah yang perlu dilakukan pemerintah untuk mendorong transisi energi menuju net-zero emission, serta inisiatif untuk mendorong pencapaian net-zero emission.


Bincang-Bincang METI dibuka dengan pengantar diskusi ‘Net-Zero Emission dan Peran Stakeholder di Indonesia’ yang dibawakan oleh Moekti H. Soejachmoen. Selanjutnya paparan mengenai ‘Upaya Sektor Energi Bagi Pencapaian Net-Zero Emission Sektor Energi Baru dan Terbarukan’ yang disampaikan oleh Saleh Abdurrahman. Acara dilanjutkan dengan pemaparan dari Surya Darma yang membahas mengenai ‘Inisiatif 50/50 untuk Kontribusi Energi Terbarukan Pada 2050’. Renewable Energy 50/50 merupakan upaya Indonesia memenuhi target menuju net zero pada tahun 2050 dengan 50% energi terbarukan. Inisiatif ini akan diusulkan Indonesia pada pertemuan G20 tahun 2022 mendatang untuk dapat menurukan emisi karbon menuju net zero tahun 2050 dengan peningkatan pemanfaatan energi terbarukan. Bincang-Bincang METI ditutup dengan pemaparan ‘Green Stimulus untuk Mendukung Transisi Energi’ oleh Hanan Nugroho.


Untuk info dan kabar terkini mengenai penyelenggaraan The 10th Virtual Indonesia EBTKE ConEx dapat dilihat di akun Instagram @ebtkeconexid.